Rabu, 15 Agustus 2012

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MERANGKAI HURUF MENJADI KATA DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF DI TK KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Yang diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan usia lanjut (UU Nomor 20 tahun 2003). Anak usia dini adalah individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu pemberian rangsangan sebagai upaya pengembangan kemampuan bahasa sangat penting dilakukan karena bahasa merupakan alat penting dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan anak usia dini adalah suatu masalah yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut (Kurikulum 2004, Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005) mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan sebuah pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini. Pada usia ini secara teknologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda, di samping itu setiap anak juga memiliki keunikannya sendiri sekalipun mereka kembar siam. Teknik pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini cukup beragam. Satu hal yang harus diingat dalam memberikan tugas untuk anak adalah kesesuaian tugas dengan tahapan perkembangan anak dan tetap tidak melupakan unsur bermain seraya belajar dalam mengerjakan tugas, pendidik harus berusaha agar anak tetap berminat dan antusias sampai pengerjaan tugas selesai. Guru harus pintar memilih media atau sumber belajar harus menarik dan mudah dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, gurulah sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan berbahasa merangkai huruf menjadi kata, salah satunya dengan cara mengenalkan huruf pada anak didik. Pada saat penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Kelompok B, penulis menyadari ada permasalahan dalam bidang bahasa, yaitu mengenal huruf. Hal ini perlu mendapat perhatian dari guru karena yang terjadi pada anak sangat berhubungan dengan kinerja guru dalam melaksanakan program pembelajaran. Berdasarkan kondisi awal Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, kemampuan anak dalam kegiatan membaca dini masih rendah, anak baru memasuki pengenalan huruf, beberapa anak belum bisa mengenal perbedaan huruf, anak belum bisa merangkai huruf menjadi kata, dan belum bisa membaca kata sederhana. Kegiatan selama ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dini di TK Tunas Baru Gringsing adalah melalui pemberian tugas seperti kegiatan mengambil satu huruf atau dua huruf menjadi satu kata. Kegiatan membaca dini belum terlihat pencapaian maksimal karena para guru belum menemukan cara yang terbaik untuk proses pembelajaran anak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak Merangkai Huruf Menjadi Kata dengan Menggunakan Kartu Huruf pada Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing Tahun Pelajaran 2011/2012” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan wawancara dan observasi dari para guru, peneliti memperoleh identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar anak yang tidak sesuai dengan harapan guru, misalnya anak masih enggan melakukan kegiatan motorik halus. 2. Strategi pembelajaran pendidik yang terasa membosankan dalam mengembangkan kegiatan. 3. Penggunaan alat peraga yang kurang menarik sehingga anak malas dan pasif dalam melaksanakan kegiatan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis melakukan diskusi pada dosen pembimbing dan teman sejawat bahwa fokus perbaikan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kemampuan merangkai huruf menjadi kata dapat ditingkatkan melalui media kartu huruf pada Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing? 2. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan merangkai huruf menjadi kata dengan menggunakan media kartu huruf pada Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan merangkai huruf menjadi kata pada Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing setelah menggunakan media kartu huruf. 2. Mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan merangkai huruf menjadi kata dengan menggunakan media kartu huruf pada Kelompok B TK Tunas Baru Gringsing. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Meningkatkan kemampuan kognitif siswa yaitu merangkai huruf. 2. Bagi Guru a. Menambah wawasan tentang stimulus yang tepat dalam pembelajaran agar lebih menarik. b. Guru dapat meningkatkan dan menciptakan beragam media dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kebutuhan. 3. Bagi Lembaga a. Dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kemajuan sekolah. b. Meningkatkan mutu dan kualitas kinerja guru. c. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijaksanaan pelaksanaan program tahunan. 4. Bagi Pembaca a. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sedang dan akan dilakukan. b. Pembaca dapat menyerap intisari dan permasalahan yang ada.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DI KELOMPOK B RA FATIMATUZZAHRA YOSOREJO 02 TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Perkembangan Motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syarat dan otot. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Widodo (2008) perkembangan motorik adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan sesuatu kegiatan.Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak.Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikiranya. Pendidikan di Taman kanak-kanak (TK) dilaksanakan dengan prinsip “Bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain”. Sesuai dengan perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Berdasarkan observasi di RA Fatimatuzzahra anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya dalam kegiatan menggambar, yang ditandai dengan kurang trampilanya siswa dalam pengembangan kreativitas menggunakan media kertas dalam pembelajaran. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakan motorik halus dalam perkembangan menganyam dari kreativitas anak masih belum trampil dengan ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan metode dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan ketrampilan motorik halusnya.Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan metode sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran. Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru RA Fatimatuzzahra akan membantu meningkatkan keterampilan fisik/motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar dan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil. Sedangkan kompetensi dasar motorik anak TK yang diharapkan dapat dikembangkan guru saat anak memasuki lembaga prasekolah/TK adalah anak mampu; Melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih keberanian. Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak TK, guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran. Karakteristik mengembangkan kemampuan motorik anak di RA Fatimatuzzahra, melatih gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat. Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan keterampilan motorik anak, guru memperhatikan tempat kegiatan, apakah di dalam ataukah di luar kelas, keterampilan apa yang hendak dikembangkan melalui berbagai kegaiatan, serta tema dan pola yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya untuk pengembangan motorik halus anak yang bertujuan agar anak dapat berlatih menggerakan pergelangan tangan dengan menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat memilih kegiatan yang dilakukan didalam kelas. Namun, guru perlu menyediakan semua peralatan yang diperlukan setiap anak, seperti kertas, gunting pensil warna atau buku-buku untuk pola yang akan digunting anak, jumlah peralatan dan bahan diharapkan sesuai dengan jumlah anak sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri-sendiri. Metode yang dipergunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak seperti untuk kegaitan motorik halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce dan sebagainya. Berikut ini di RA Fatimatuzzahra perencanaan pengembangan motorik anak, dimana guru merencanakan bentuk evaluasi untuk pengembangan motorik halus anak. Tujuan kegiatan adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak RA Fatimatuzzahra dengan kegiatan menggunting gambar. Dari kegiatan ini anak berlatih menggerakkan pergelangan tangan saat memegang kertas dan juga agar anak dapat menyalurkan perasaannya dan menciptakan keindahan. Topik yang dipilih adalah keterampilan menggunting. Kegiatan akan dilaksanakan di dalam kelas. Guru pun sudah merencanakan langkah kegiatan apa saja yang akan dilakukannya bersama anak- anak di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Peningkatkan Kemampuan Motorik Halus dalam Kegiatan Menggunting Melalui Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Pada Kelompok B di RA Fatimatuzzahra Yosorejo 02 Tahun Ajaran 2011/2012” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Anak masih kaku dalam memegang gunting, cara menggunting anak belum sesuai pola yang diharapkan, dan hasil guntingan anak tidak mengikuti petunjuk guru. 2. Anak kurang tertarik melaksanakan kegiatan. 3. Perhatian anak kurang terpusat pada penjelasan guru. 4. Anak kurang konsentrasi pada kerjaannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi dan analisis masalah dalam penelitian ini dikemukakan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah dalam kegiatan menggunting dengan media gambar dapat meningkatkan motorik halus anak pada Kelompok B RA Raudhotul Athfal Fatimatuzzahrah Yosorejo 02, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang? 2. Bagaimana cara meningkatkan motorik halus dalam kegiatan menggunting melalui kegiatan demonstrasi dan pemberian tugas pada Kelompok B RA Raudhotul Athfal Fatimatuzzahrah Yosorejo 02, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang jelas memberikan landasan untuk menunjang metode penelitian yang tepat dan pengelolaan penelitian. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak dalam menggunting di Kelompok B RA Fatimatuzzahra Yosorejo 02, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Kelompok B Semester II. 2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru guna meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam menggunting di kelompok B RA Fatimatuzzahra Yosorejo 02, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang Kelompok B Semester II. E. Manfaat Penelitian Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini proses pembelajaran dapat ditingkatkan sebab sangat berguna bagi anak didik, bagi guru, bagi sekolah. Manfaat perbaikan pembelajaran: 1. Bagi anak didik a. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna. b. Dapat meningkatkan hasil belajar anak. 2. Bagi guru a. Sebagai pandangan serta perubahan yang lebih menarik dalam pembelajaran menggunting agar lebih efektif di dalam pembelajaran melalui metode demonstrasi dan pemberian tugas. b. Meningkatkan profesionalisme guru menjalankan tugas pembelajaran. 3. Bagi sekolah a. Memberikan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran di RA Fatimatuzzahra Yosorejo 02, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. b. Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru. 4. Bagi orang tua Memberi wawasan baru bagi orang tua dalam mengembangkan kemampuan menggunting anak di lingkungan keluarga.

PERBAIKAN PEMBELAJARAN MELALUI PTK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI 2 GEMPOLSEWU KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL

PERBAIKAN PEMBELAJARAN MELALUI PTK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI 2 GEMPOLSEWU KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Identifikasi Masalah Pendidikan adalah pembentukan kepribadian dan kemampuan manusia yang secara potensial dapat membantu meningkatkan wawasan dan keyakinan pada pengelola pendidikan. Pada hakikatnya, pendidikan menjadikan manusia menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Agar tujuan pendidikan tercapai, maka prinsip-prinsip pendidikan harus menjadi pedoman yaitu siswa menjadi sentral dalam pendidikan. Pendapat dan pandangan beberapa pakar pendidikan antara lain: Abin Syamsudin (1996) yang menyatakan bahwa prinsip dari hukum-hukum perkembangan menjadi individu harus menjadi titik tolak pendidikan. A. Muni Yusuf, pengantar pendidikan, manusia sebagai makhluk yang memiliki ciri atau kekhasan sendiri, pendidikan diharapkan dapat memberi bantuan agar peserta didik atau anak mampu menolong diri sendiri. Belajar menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 1999: 22) merupakan salah satu bentuk tingkah laku individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap pembelajaran adalah memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal ini dapat tercapai apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Dewasa ini kesadaran akan pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah meluas dan merata hampir ke seluruh lapisan masyarakat. Peran matematika sungguh sangat penting dalam segala unsur dan aspek kehidupan. Salah satu syarat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah penguasaan yang baik dalam matematika. Keterampilan berhitung merupakan salah satu aspek yang ingin tercapai dalam pembelajaran matematika. Namun berdasarkan pengalaman, peneliti menemukan kenyataan tentang rendahnya penguasaan konsep operasional hitung, sehingga kemampuan belajar matematika sangat rendah. Munculnya keluhan tentang rendahnya penguasaan konsep hitung pada siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Siswa yang kurang aktif sebagian besar proses pembelajaran hanya berfokus pada guru. Sedangkan siswa hanya menerima materi dan kurang pengembangan. Siswa pasif kurang dapat mengembangkan daya pikirnya. Sehingga rendahnya penguasaan konsep matematika pada diri anak menyebabkan siswa merasa terbebani dan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menakutkan. Demikian halnya yang terjadi pada siswa kelas V SD 2 Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal pada tahun 2011/2012, penguasaan konsep operasi hitung pecahan belum memadahi, khususnya untuk menjumlahkan dan mengurangi berbagai bentuk pecahan. Pada semester II ini, hasil tes formatif pada pembelajaran tersebut kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai tes formatif pembelajaran operasi hitung pecahan ini, dari 38 siswa hanya 12 siswa yang memperoleh nilai tuntas sedangkan yang 26 siswa belum tuntas. Maka dari itu peneliti sadar masih banyak kekurangan dalam pembelajaran ini, yang mana kekurangan tersebut perlu diperbaiki. Dan penulis memutuskan untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam 2 siklus yang dibantu oleh supervisor 2 agar dalam pembelajaran tersebut siswa mampu atau menguasai keterampilan dalam mengerjakan menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan. Dalam kegiatan tes formatif pada pelajaran matematika tentang soal menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan kelas V SD 2 Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal diperoleh data dari 38 siswa terdapat 12 siswa yang memperoleh nilai tuntas, sedangkan yang 26 siswa belum tuntas. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti meminta bantuan supervisor 2 untuk mengidentifikasi masalah selama proses pembelajaran yang peneliti laksanakan. Hasil diskusi dengan supervisor 2 terungkap beberapa masalah, antara lain yaitu: a. siswa kurang memperhatikan penjelasan guru tentang menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan, b. siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. c. Pada proses pembelajaran berlangsung siswa gaduh, d. Hanya beberapa siswa yang berani bertanya, e. Hasil belajar siswa rendah. 2. Analisis Masalah Dari hasil diskusi dengan supervisor 2 maupun dengan supervisor 1 terdapat beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran matematika tentang menjumlah dan mengurangi bentuk pecahan yang diajarkan adalah: a. guru berceramah sendiri tanpa memperhatikan siswa, b. guru kurang memberi motivasi kepada siswa, c. guru kurang menarik dalam memanfaatkan media pembelajaran, d. guru kurang memberikan kesempatan bertanya pada siswa. 3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Pemecahan masalah didasari permasalahan yang dimunculkan, yaitu: a. Dalam menyusun perencanaan, guru harus memperhitungkan waktu dengan tepat. Mulai dari membuka pelajaran, menyajikan materi pelajaran, menutup pelajaran dan melaksanakan evaluasi. Jumlah siswa menjadi faktor yang harus diperhitungkan. b. Dalam pembelajaran matematika tentang menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan dengan metode bervariasi, drill dan media gambar. Siswa dapat diukur kemampuan hasil belajarnya melalui evaluasi. c. Terdapat banyak kemungkinan yang menjadi penyebab tidak selesainya siswa mengerjakan evaluasi, antara lain: 1) siswa menggunakan alat tulis secara bergantian, 2) jumlah siswa yang terlalu banyak (38 siswa) menyulitkan guru dalam membimbing siswa satu persatu, 3) guru sendiri kurang terampil dalam menerangkan materi yang diberikan pada siswa. d. Dalam mengelola kelas, guru harus pandai mengelola atau mengorganisasikan kelas, seperti mengelompokkan siswa, melaksanakan evaluasi secara kelompok dan memberi tugas. e. Bila guru kurang terampil dalam menjelaskan tentang materi yang diberikan pada siswa, maka dapat dilakukan alternatif jalan keluarnya, yaitu: 1) guru berlatih atau belajar terlebih dahulu sehingga siswa tidak mengalami kesulitan pada waktu memberi penjelasan kepada siswa, 2) guru tidak memberi tugas secara individual, melainkan harus secara kelompok. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Semester II SD 2 Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2011/2012 tentang menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan dengan menggunakan metode bervariasi, dan drill serta media gambar?” C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Agar penelitian perbaikan ini mempunyai arah yang jelas perlu dirumuskan tujuan. 1. Tujuan Umum a. Untuk memperbaiki proses pembelajaran agar hasil belajar siswa lebih baik dan berkualitas. b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) pada Program S-1 PGSD Universitas Terbuka. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika tentang menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan. b. Menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Hasil perbaikan ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi guru sendiri sebagai peneliti, institusi dan dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat dari hasil perbaikan pembelajaran ini antara lain: 1. Bagi Guru a. Memperoleh gambaran tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang menjumlah dan mengurangi berbagai bentuk pecahan melalui penggunaan metode bervariasi dan metode drill serta media gambar. b. Guru sebagai peneliti akan semakin menyadari dan selalu berpikir untuk selalu menciptakan kiat-kiat pembelajaran sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan. c. Dunia pendidikan secara umum akan memandang penelitian ini sebagai kegiatan positif yang perlu didukung dan diberikan ruang lingkup seluas-luasnya agar semua kegiatan pembelajaran menjadi bermakna dan mencapai tujuan. 2. Bagi Siswa a. Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. b. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. c. Mengembangkan kebiasaan sikap positif diri siswa dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah khusus pada SD 2 Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal yang digunakan sebagai tempat penelitian dalam penggunaan metode bervariasi dan drill serta media gambar.

PENINGKATAN KECERDASAN KOGNITIF BAGI ANAK DIDIK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA KELOMPOK A DI RA AL IKHLAS SENTUL PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENINGKATAN KECERDASAN KOGNITIF BAGI ANAK DIDIK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA KELOMPOK A DI RA AL IKHLAS SENTUL PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan akan menentukan arah mana anak mau dibawa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II berisi tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan. Pada pasal 2 dinyatakan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedang pada pasal 3 menyatakan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan hal ini berarti bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan pendidikan tak terkecuali anak berkebutuhan khusus . Bahkan mereka perlu pelayanan yang berbeda dengan anak normal. Adapun tujuan pendidikan secara umum terdapat dalam antara lain: TAP MPR No 4/MPR/1975,UU No2 Tahun 1985, dan TAP MPR NO II/MPR/1993 dimana ketiganya mempunyai tujuan utama membangun, mengembangkan, meningkatkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani., menumbuhkan jiwa patriotik ,serta berorientasi masa depan. Taman kanak kanak adalah lembaga pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia 4-6 tahun untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui pembelajaran di Taman Kanak Kanak diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik, motorik, intelektual, social dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Ericson (1994: 64) memandang anak periode usia 4-6 tahun sebagai Fase Sense of Initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Dalam hal upaya mengembangkan kognisi anak, maka dapat dipergunakan metode-metode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir, menalar , mampu menarik kesimpulan dan membuat generalisasi. Salah satu metode pembelajaran di TK yang sering digunakan adalah metode bermain, karena bermain dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk belajar dan banyak pelajaran untuk anak dikemas dalam bermain. Anak yang sehat dan gembira selalu senang bermain. Acara bermain menjadi sarana mengembangkan kemampuan indranya. Selain kegemibiraan, kebahagiaan dan kebebasan dengan bermain anak mencapaui perkembangan, memperoleh pengalaman yang berharga seperti berkomunikasi dan bersosialisasi. Dengan kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengujur isi, mengujur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya, disamping itu dengan bermain akan dapat mengembangkan kreatifitasnya yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi bermain menjadi teramat penting karena lewat sarana bermain anak-anak belajar mengenal kehidupan dengan segala pernik-perniknya. Sementara ini masyarakat beranggapan bahwa bermain itu merupakan kegiatan yang tidak ada manfaatnya bagi perkembangan anak, khususnya bagi kecerdasan kognitif karena mereka menilai bermain banyak menyita waktu belajar anak. Orang tua berpendapat bahwa yang bermanfaat bagi anak untuk dapat cerdas adalah belajar dengan membaca buku. Padahal para ahli berpendapat bahwa untuk mengembangkan kognisi anak dapat digunakan metode-metode yang mampu menggerakkan anak dalam upaya menumbuhkan berpikir, menalar, menarik kesimpulan dan membuat generaliasi (gambaran umum) yang salah satu caranya adalah dengan metode bermain. Namun yang terpenting dan terlebih dahulu mesti dipahami apa yang sebenarnya konsep bermain itu. Di Uraikan oleh Warzili (Istadi, 2002: 128) bahwa konsep bermain anak adalah memberi kebebasan rasa ingin tahunya serta pada akhirnya meningkatkan kreatifitasnya. Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, seperti diuraikan Moeslechatoen (2004: 32) dimana melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar seperti merayap, merangkak, melompat dan lain-lain. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti mengukur berat, membandigkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreatifitasnya yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri dan lain-lain. Melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata berbicara sesuai dengan tata bahasa. Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan emosi dengan cara mengenalkan berbagai macam perasaan. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya seperti membina hubungan dengan anak lain, menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekwensinya. Demikian juga dalam bermain balok manfaatnya sangat besar sekali seperti yang diuraikan oleh (Yulia: 2008) antara lain meningkatkan motorik kasar dan halus anak, mengenalkan konsep dasar matematika yang meliputi pengenalan konsep berat dan ringan, panjang pendek, besar kecil, tinggi rendah, kiri kanan, atas bawah serta belajar mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna, merangsang kreatifitas dan imajinasi anak, mengembangkan keterampilan bahasa anak dimana anak memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa, serta dapat melatih kepemimpinan inisiatif perencanaan dan kemampuan mengarahkan orang lain. Permainan ini juga dapat mengembangkan empati anak dengan menghargai hasil karya orang lain dan ini merupakan bagian dari kecerdasan emosi anak. Maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan, sebab bagi anak TK belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksprimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan maslah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam berkelompok, bekerja sama dalam berkelompok dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Oleh karena itu dalam pembahasan tugas akhir ini peneliti mengangkat dan membahas tentang Peningkatan Keceradasan Kognitif Bagi Anak Didik Melalui Permainan Balok Pada Kelompok A di RA Al Ikhlas Sentul Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan dan penilaian penulis selaku pengajar RA Al Ikhlas Sentul menunjukkan adanya penurunan aktifitas anak dalam kegiatan rutinitas bagi peserta didik. Terbukti mereka dalam kesehariannya kelihatan kurang bersemangat. Hal ini menyebabkan antara lain partisipasi atau keaktifan anak didik di dalam kegiatan rendah, konsentrasi mereka kurang. Anak kelas persiapan dimana untuk pertama kali memasuki dunia baru mengenal teman baru di sekolah. Mereka memerlukan sarana, prasarana, atau alat bantu untuk memudahkan mereka menguasai. Mereka memerlukan pengendalian emosional, sehingga memerlukan cara untuk menciptakan kerjasama di antara mereka. Guna mengatasi masalah yang ada maka perlu bagi seorang pendidik menyiapkan alat bantu. Tujuan agar mereka dapat menerima dan dapat memahami, menggunakan contoh sederhana dan dilakukan dengan media. Contoh antara lain permainan balok dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Suasana yang baru dan menyenangkan di dalam pelaksanaannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan Uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah permainan balok dapat meningkatkan kecerdasan kogintif pada anak Kelompok A di RA Al Ikhlas Sentul? 2. Bagaimanakah aplikasi atau penerapan metode permainan balok untuk meningkatkan kecerdasan kognitif pada anak Kelompok A di RA Al Ikhlas Sentul? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah metode bermain balok dapat meningkatkan kecerdasan kogintif pada anak Kelompok A di RA Al Ikhlas Sentul. 2. Mengetahui cara meningkatkan kecerdasan kognitif pada anak Kelompok A di RA Al Ikhlas Sentul dengan menggunakan permainan balok E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas ini dapat penulis sampaikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah ilmu tentang permainan balok dalam pembelajaran kemampuan kognitif pada Kelompok A di RA Al Ikhlas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi anak Dapat meningkatkan perhatian, kerjasama, kreatifitas, dan perasaan senang anak dalam pelaksanaan kegiatan melalui permainan balok. b. Bagi Guru Mencari dan menemukan cara mengatasi permasalahan yang dialami anak didik melalui permainan balok dalam meningkatkan kemampuan kognitif.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP DI RA RABI’AH AL-ADAWIYAH DESA MENTOSARI KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2011/2012

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP DI RA RABI’AH AL-ADAWIYAH DESA MENTOSARI KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2011/2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 adalah membantu anak didik dalam mengembangkan berbagai potensi baik secara psikis maupun fisik yang meliputi pengembangan moral, nilai, sosial, emosional, kognitif, bahasa, motorik, kemandirian dan seni untuk dipersiapkan memasuki Pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral Pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani. Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi; menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan; membandingkan dua hal; memahami konsep timbal balik; menyusun kalimat; mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Melalui Penerapan Metode Bercakap-cakap Pada Kelompok B RA Rabi’ah Al Adawiyah Mentosari Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil temuan yang peneliti lakukan di RA Rabi’ah Al-Adawiyah Mentosari, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, dalam kegiatan pembelajaran pengembangan berbahasa, prestasi belajar anak tergolong rendah. Hal tersebut bisa diamati berdasarkan gejala-gejala berikut: 1. Anak kurang lancar berbicara 2. Anak masih malu-malu mengungkapkan perasaannya secara lisan 3. Sebagian anak bersikap pasif ketika diminta ikut terlibat dalam kegiatan berbicara 4. Anak kurang mampu menyambung pembicaraan karena keterbatasan kosa kata Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis akan menggunakan metode bercakap-cakap untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar anak. Penulis memilih metode ini karena pada metode bercakap-cakap interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik pembicaraan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan permasalahan yaitu: 1. Apakah metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak pada Kelompok B RA Rabiah Al Adawiyah Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang? 2. Bagaimana implementasi penggunaan metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak pada Kelompok B RA Rabiah Al-Adawiyah Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang? D. Tujuan Penelitian Tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan bahasa anak pada Kelompok B RA Rabiah Al Adawiyah Mentosari melalui penerapan metode bercakap-cakap. 2. Mengetahui implementasi penggunaan metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak pada Kelompok B RA Rabiah Al-Adawiyah Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar anak b. Membantu anak lebih percaya diri dalam menjalin komunikasi dengan guru dan teman sejawat c. Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tidak kaku 2. Bagi Guru a. Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran b. Meningkatkan profesionalisme guru karena telah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran c. Metode bercakap-cakap dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran di RA Rabiah Al Adawiyah Mentosari Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. 3. Bagi Sekolah a. Hasil perbaikan pembelajaran bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan sekolah b. Motivasi bagi guru yang lain agar melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas sekolah
MENINGKATKAN MINAT MENGENAL MATEMATIKA PERMULAAN PADA KELOMPOK A MELALUI PERMAINAN KANCING WARNA DI TK ABA 01 PENYANGKRINGAN WELERI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dimasa Taman Kanak-kanak, karena perkembangan kepribadian, sikap mental dan intelektual dibentuk pada usia dini. Kualitas masa awal anak termasuk masa prasekolah (TK) merupakan cermin kualitas bangsa yang akan datang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk memulai memberikan berbagai stimulus agar anak dapat berkembang secara optimal. Apa yang dipelajari seseorang diawal kehidupan akan mempunyai dampak pada kehidupan dimasa yang akan datang. Demikian sebabnya mengapa usia lima tahun pertama disebut sebagai ”golden age” atau usia keemasan (tumbuh kembang balita a-z: Nikita, 2009). Pembelajaran matematika bersifat hirarkis, dengan demikian kegiatan pengembangan kemampuan matematika pemula di TK juga perlu dilakukan bertahap. Lorton mencoba menunjukkan pentingnya konsep matematika ini mulai diperkenalkan pada anak usia 4-5 tahun. Pengembangan ini yang biasa disebut sebagai stimulasi matematika permulaan di TK. Lorton mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika terbentuk pada anak. Menurutnya penguasaan matematika selalu melalui tiga tingkat penekanan tahapan yaitu: 1. Tingkat Pemahaman Konsep Anak akan memahami konsep melalui pengalaman beraktivitas/ bermain dengan benda-benda kongkrit. 2. Tingkat Transisi Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individu berbeda. 3. Tingkat Lambang Bilangan Tahap terakhir dimana anak diberi kesempatan untuk mengenal dan memvisualisasikan lambang bilangan atau konsep yang kongkrit yang telah mereka jalani. Ada saat dimana mereka masih menggunakan alat kongkrit hingga mereka melepaskannya sendiri. Operasionalisasi pendidikan bagi anak-anak usia dini dan anak-anak prasekolah (TK) akan lebih bermakna jika dilakukan melalui metode pendidikan yang dapat menyenangkan, edukatif, sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Oleh karena itu, mereka butuh permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran di sekolah. Alat permainan tidak harus mahal, unsur mendidiklah yang harus diutamakan. Lebih efektif jika dalam penyampaian materi pelajaran dengan pendekatan belajar menggunakan permainan (Mayke Sugianto, 1995). Pada hakikatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang sedang tidak enak badan yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik sendiri dengan teman sebayanya, maupun dengan orang yang lebih dewasa. Bentuk permainannya pun juga beragam. Berdasarkan fenomena tersebut, para ahli PAUD menentukan bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Permainan edukatif adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berbahasa, serta bergaul dengan orang lain. Selain itu, anak dapat menggunakan anggota badan menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta mengembangkan kepribadian (Mayke Sugianto, 1995). Permainan kancing warna merupakan salah satu jenis permainan yang mudah diterapkan pada anak usia dini. Media yang digunakan pun tidak selalu harus baru. Media untuk permainan kancing warna dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kegiatan permainan kancing warna juga dapat disesuaikan dengan tema yang ada dengan harapan dapat menarik untuk minat anak berkreasi. Permainan yang disediakan sekolah maupun dirumah dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam kegiatan untuk menciptakan anak yang kreatif, di antara kegiatan yang menciptakan kreatif antara lain: menggambar, menggunting, melipat, menyusun bangun/balok, meronce manik-manik, memilah-milah bentuk geometri, berhitung dan membaca dengan menyusun bentuk huruf dan angka, dan lain sebagainya. Dari berbagai alat permainan yang ada di sekolah, penulis hanya akan membahas permainan edukatif (education games) yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan minat anak mengenal matematika melalui kegiatan permainan kancing warna. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai pola bermain kancing warna pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pola bermain kancing warna dapat mempengaruhi minat anak mengenal matematika atau tidak. B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana pola bermain kancing warna di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Penyangkringan? 2. Bagaimana kreativitas anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Penyangkringan? 3. Bagaimana meningkatkan minat anak mengenal matematika permulaan melalui permainan kancing warna di TK ABA 01 Penyangkringan? C. Rencana Pemecahan Masalah Rencana pemecahan masalah dilaksanakan dengan 2 siklus, dimana siklus 1 RKH 1 di tekankan kepada pengamatan memilah-milah bentuk geometri yang berbeda pada kancing warna dan mengelompokkan warna. Siklus 2 RKH 2 ditekankan pada kualitas keterampilan dan kecakapan anak adalah sebagai titik tekan yang utama. D. Tujuan Penelitian Permainan memlah kancing warna termasuk pendidikan bermain yang penting kedudukannya ditingkat pendidikan dasar jika dihubungkan dengan pembinaan untuk meningkatkan minat anak untuk mengenal matematika para peserta didik sedari usia dini, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui pola bermain kancing warna yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Penyangkringan. 2. Ingin mengetahui kreativitas anak bermain di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Penyangkringan. 3. Ingin mengetahui peningkatan minat anak mengenal matematika permulaan melalui permainan pada Kelompok A TK ABA 01 Penyangkringan. E. Manfaat Penelitian Hasil dari program peningkatan keterampilan pada guru Taman Kanak-kanak ini diharapkan akan bermanfaat: 1. Manfaat Teoritis a. Meningkatkan daya kreasi dan ekspresi pada guru Taman Kanak-kanak melalui seni keterampilan. b. Meningkatkan apersepsi guru dalam pembelajaran seni keterampilan yang selalu berkembang. c. Memberikan pengetahuan baru bagi guru TK sehingga bisa mengembangkan di sekolah masing-masing. d. Menambah wawasan dan memperoleh bimbingan dalam teknik merangkai dan memilah bagi anak usia dini. e. Mampu berkreasi dan menghasilkan inovasi baru dalam membuat susunan atau rangkaian bahan yang terdapat di sekitar lingkingannya. 2. Manfaat Kritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah minat anak untuk mengenal matematika permulaan untuk anak usia dini dengan mengembangkan seni bermain keterampilan, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengembangan kurikulum dimasa yang akan datang.

Kamis, 15 Maret 2012

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR


PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR
DI TK. ……………………………………….
TAHUN PELAJARAN .............



LAPORAN HASIL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Disusun Guna Memenuhi Persyaratan …………………………
………………………………………………………..
………………………………………………




















Oleh:

                                                           


 
 
PEMERINTAH KABUPATEN ……………………..
TAMAN KANAK-KANAK …………………………..
KECAMATAN …………………….
…………..

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI PEMANFAATAN TANAMAN APOTIK HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan formal untuk anak usia prasekolah yaitu 4-6 tahun. Taman Kanak-kanak menjembatani anak dari keluarga ke pendidikan di sekolah dasar.
Tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak itu adlaah untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, karena kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak.
Pengembangan potensi yang dimiliki anak termasuk didalamnya mengembangkan kognitif terutama pengembangan bidang sains itu memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu mengembangkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan.
1
 
Menurut kurikulum di Taman Kanak-kanak, kurikulum sains itu di antaranya: 1) mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak misal: menurut warna, bentuk, ukuran, dan lain-lain, 2) menunjuk sebanyak-banyak benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna bentuk ukuran atau ciri-ciri tertentu, 3) membedakan macam-macam rasa, bau dan suara berdasarkan percobaan, 4) membedakan konsep kasar melalui panca indera, 5)percobaan dengan magnet, mengamati dengan kaca pembesar, 6) menceritakan hasil percobaan sederhana tentang warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang-batang, daun) dan lain-lain.
Kegiatan sains sangat diperlukan untuk anak usia dini karena melalui kegiatan sains naka belajar untuk mengobservasi pertanyaan menggali melakukan percobaan atau eksperimen, memprediksi dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah.
Bekal kemampuan dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan cara-cara yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak usia dini, kemampuan kreatif akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi pembelajaran sains.
Dalam pengembangan sains, guru harus betul-betul memahami karakteristik anak dan lingkungan, dan itu akan menjadi titik tolak dalam memperkenalkan sains pada anak usia dini. Perkenalkan anak dengan lingkungan sekitar mereka seperti tanaman di sekitar sekolah. Dengan penyediaan tanaman di sekolah maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efisien, karena jarak antara sekolah dan tanaman relatif berdekatan, anak juga diperkenalkan dengan kegiatan praktis yang lebih bermakna. Dengan melibatkan anak belajar dan bekerja melalui tanaman sekolah melatih mereka menyenangi pekerjaan dan menanamkan berdisiplin misalkan dengan dibiasakan menyiram tanaman.
Dari sisi guru, ketersediaan tanaman merupakan medium yang efektif bagi demonstrasi berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya dikuasai oleh anak dengan kata lain tanaman sekolah merupakan laboratorium alamiah. Dalam pembelajaran metode yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak, jangan menggunakan metode yang monoton karena dengan penggunaan metode yang monoton dalam pembelajaran, anak akan merasa jenuh dan pemahaman anak kurang optimal.
Dalam penelitian ini, obyek yang akan di observasi adalah TA Muslimat NU Sendangkulon yang berlokasi di Sendangkulon, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal. TK Sendangkulon berdiri sejak tahun 2003 dan kondisi gedung masih sama sejak dulu, lantainya belum keramik dan sekarang lantainya sudah menggunakan karpet, sarana dan prasarana masih kurang memadai tapi untuk kegiatan pembelajaran sudah layak walaupun alat peraga pembelajaran masih kurang memadai.
Di TA Sendangkulon, kegiatan sains jarang dilakukan karena sarana dan prasarana untuk kegiatan sains masih kurang dan metode yang digunakan masih monoton. Dalam pembelajaran, guru jarang melakukan percobaan-percobaan, guru sering memberikan pembelajaran sains dengan memberi tugas lewat lembar kerja anak dan pengenalan tentang lingkungan sekitar yang dilakukan sehingga mengakibatkan kemampuan sains kurang dan pembelajaran sains masih kurang optimal.
Berdasarkan observasi peneliti di TA Muslimat NU Sendangkulon diketahui bahwa guru sering menggunakan lembar kerja anak dan jarang melakukan percobaan-percobaan dalam pembelajaran sains dan kurangnya pengenalan tentang lingkungan sekitar, mengakibatkan anak kurang memahami kegiatan sains.
Atas dasar tersebut, maka penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan sains melalui pemanfaatan tanaman apotik hidup di TA Muslimat NU Sendangkulon Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal perlu dilakukan.
B.     Identifikasi Masalah
Dari refleksi yang telah dilakukan, penulis merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Kurangnya sarana prasarana untuk kegiatan Sains.
2.      Hasil percobaan/eksperimen anak masih belum optimal.
3.      Masih kurangnya kegiatan Sains dalam proses belajar mengajar di TK.
4.      Kurangnya sosialisasi tentang tanaman apotik hidup.
5.      Kurangnya kegiatan pembelajaran tentang tanaman apotik hidup.
6.      Pengetahuan anak tentang tanaman apotik hidup masih kurang.
C.     Pembatasan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan sains anak kelompok B TA Muslimat NU Sendang Kulon melalui pemanfaatan tanaman apotik hidup khususnya tentang mengamati tanaman.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan “Apakah ada peningkatan kemampuan sains anak TK Muslimat NU Sendangkulon melalui pemanfaatan tanaman apotik hidup?”
E.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan sains anak TK Muslimat NU Sendangkulon.
2.      Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan kemampuan sains anak TK Muslimat NU Sendangkulon melalui pemanfaatan tanaman apotik hidup.
F.      Manfaat Penelitian
Selain tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.      Secara Teoritis
Dapat menambah wawasan pengetahuan, mengembangkan ilmu dan meningkatkan sains anak.
2.      Secara Praktis
a.       Bagi anak
1)      Dapat meningkatkan kemampuan sains anak.
2)      Dapat membantu anak mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
b.      Bagi guru
1)      Dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam memecahkan masalah.
2)      Sebagai evaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah diberikan pada anak.
3)      Dapat membantu rekan guru TK untuk mengetahui pentingnya kemampuan sains anak melalui pemanfaatan tanaman apotik hidup.
4)      Mampu mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan perkembangannya.
c.       Bagi sekolah
1)      Sekolah mempunyai cara baru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
2)      Sebagai masukan dalam menyusun program selanjutnya.

Pengikut