Jumat, 09 Desember 2011

MODEL PEMBELAJARAN ATRAKTIF (ATTRACTIVE LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA TAMAN KANAK-KANAK (TK)

I.             PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Menurut Myrtle B McGraw dari Briarcliff College yang dikutip oleh Smart dan Smart, “it is not possible to pinpoint any particular ideologies or theories that hava given rise to the present interest in early childhood development. The force were many: they were complex” (1973: 319). Pendapat tersebut kurang lebih menyatakan bahwa tidak mungkin menunjukkan beberapa fakta ideologi dan teori yang telah diberikan untuk mengungkap ketertarikan tentang perkembangan anak usia dini. Kekuatan yang membuatnya sulit diungkap adalah karena mereka begitu kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa dunia anak-anak merupakan sesuatu yang menarik dan penuh misteri, hingga perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu keunikan anak usia dini (termasuk anak TK) adalah bahwa mereka berada dalam masa bermain.
Sebegitu uniknya siswa TK, sehingga perlakuan untuk mereka pun perlu mendapat perhatian lebih. Proses pembelajaran yang mereka alami di TK seyogyanya mengikuti karakter mereka yang berada pada masa bermain, sehingga harus dibuat sedemikian rupa, yaitu mereka tidak semestinya tahu kalau mereka sedang belajar. Anak TK harus dibuat enjoy di TK, berminat dalam belajar (dengan konsep bermain, tentunya), jangan sampai membuat mereka bosan. Namun pada kenyataannya, dari hasil survey peneliti, hampir 75% siswa TK merasa bosan dan enggan ke TK, serta kurang berminat mengikuti pembelajaran di TK. Mengapa? Karena mereka di-cekoki hal-hal yang membosankan; mereka harus belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sehingga guru terkadang melupakan karakter mereka yang sebenarnya. Guru selalu terpaku pada permintaan stake holder yang menginginkan anak TK serba bisa atau setidaknya sudah mampu dalam calistung ketika masuk Sekolah Dasar (SD).
Bagaimana agar siswa TK enjoy ke TK serta berminat belajar di TK? Tentu harus ada kiat tersendiri yang harus dilakukan oleh guru. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan model attractive learning pada proses pembelajaran di TK. Model attractive learning mampu menjembatani keinginan dan karakter anak TK yang unik dan masih berada dalam masa bermain. Untuk itu, peneliti mencoba mengangkat judul “Model Pembelajaran Atraktif (Attractive Learning) untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Taman Kanak-Kanak (TK)”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan masalah: ”bagaimana model attractive learning dapat meningkatkan minat belajar siswa TK?”
II.          TINJAUAN PUSTAKA
A.     Model Attractive Learning dan Pengembangannya
Menurut Theo Riyanto (2003), attractive learning adalah suatu proses pembelajaran yang mempesona, menarik, mengasyikkan, menyenangkan, tidak membosankan, variatif, kreatif dan indah. Sedangkan Kartini (2003) lebih menyoroti pengertian attractive learning di TK. Menurutnya, attractive learning mengandung makna selain menarik dan menyenangkan juga penuh kreativitas dan dapat mendorong anak bermain sambil belajar sesuai dengan prinsip pokok pendidikan di TK.
Pengembangan model attractive learning di TK, sejatinya ialah mengembalikan dan menempatkan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman. Adapun pengembangan model attractive learning yang telah ada dan mulai berkembang di Indonesia adalah:
1.      Pengajaran suara-bentuk-bilangan
2.      Sistem pengajaran sentra yang disebut BCCT (Beyond Center and Circle Time) dengan setting ruang kelas sentra.
3.      Model pembelajaran kelompok dengan setting ruang kelas sudut dan kodel pembelajaran minat dengan setting ruang kelas area yang umum dilaksanakan di TK karena termasuk dalam kurikulum 2004 (KBK) dan masih berlaku hingga saat ini.
Penelitian ini terfokus pada model pembelajaran kelompok dengan setting ruang sudut dan model pembelajaran minat dengan setting ruang area.
B.     Minat Belajar Anak TK
Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang dianggap akan dapat memberikan kesenangan. Berpangkal dari perasaan senang inilah timbul minat untuk memperoleh, mengembangkan sekaligus berusaha mempertahankan sesuatu yang dianggap dapat menimbulkan kesenangan.
Winkel (1983) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Perasaan senang itu akan menimbulkan minat, apalagi bila diperkuat dengan sikap positif, minat akan berkembang labih baik.
Senada dengan pendapat Walgito (1988) yang menyatakan bahwa minat sesuatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dan akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam minat, disamping perhatian juga terkandung suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu dari objek minat tersebut.
Slameto (2003) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa labih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hal antara diri sendiri dan sesuatu di luar dirirnya. Semakin kuat dan semakin dekat hubungan tersebut akan semakin besar minat. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu hal atau aktivitas akan merasa terikat dan menyukainya. Semakin besar minat ditandai dengan swemakin dekat hubungan antara seseorang dengan sesuatu hal atau aktivitas tersebut. Dengan demikian bila individu mempunyai minat terhadap sesuatu aktivitas, maka dengan perasaan senang ia akan berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.  Kenyataan seperti ini dibenarkan oleh pendapat Crow dan Crow (1973) yang menyatakan bahwa minat merupakan kekuatan pendorong (motivation force) yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian pada orang lain atau objek lain. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1992) yang menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Kondisi inilah yang menyebabkan suatu gejala mengapa seseorang menaruh minat terhadap objek tertentu.
Singer (1995) mengatakan bahwa minat bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang begitu saja, bukan pula yang dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan. Minat tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama enam tahun pertama usianya. Oleh karena itu, meskipun minat memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang pada semua usia, akan tetapi minat akan berkembang dengan baik selama masa kanak-kanak (Hurlock, 1992).
Minat belajar merupakan kecenderungan jiwa (afektif), perhatian seseorang dalam proses perubahan perilaku ke arah positif sehingga seseorang menjadi termotivasi dan tumbuh rasa senangnya terhadap proses perubahan perilaku tersebut. Bagaimana dengan minat belajar siswa TK?
Secara pribadi, setiap anak TK akan mengembangkan pola reaksi masing-masing terhadap rangsangan yang dialaminya. Mereka berkembang melalui tahapan dan setiap tempo peningkatan usia kronologis, akan menampilkan ciri-ciri perkembangan yang khas. Bagi mereka, belajar adalah segala hal yang dikerjakannya dan bermain adalah wahana belajar dan bekerja. Dan TK merupakan tempat yang tepat bagi mereka untuk mengembangkan self image (jati diri) yang positif serta sikap yang baik kepada teman dan sekolah. Dari pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa minat belajar siswa TK adalah kecenderungan jiwa (afektif), perhatian anak usia dini (siswa TK) dalam proses perubahan perilaku ke arah positif melalui bermain sehingga menjadi termotivasi dan tumbuh rasa senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut